Kamis, 19 April 2012

SONY DAN TEORI KEPEMIMPINAN


SONY
Pendapat Saya.
Sony mengalami beberapa masalah belakangan ini, menyusul adanya gempa bumi yang menimbulkan tsunami yang melanda Jepang. mengatakan memangkas 1000 pekerja di seluruh dunia dan menutup beberapa pabrik. Langkah itu terpaksa dilakukan Sony dalam menghadapi anjloknya permintaan produk baru elektronik di tengah krisis keuangan global.
Sony mengatakan akan memangkas 10 persen pabrik manufaktur, memotong investasi bisnis elektronik sekitar 30 persen dan mengurangi atau menarik diri dari area yang tidak membukukan keuntungan.
Sony, korporasi raksasa Jepang ternama, akan memangkas karyawan lima persen dari total 160.000 karyawan dalam bisnis elektronik global. Sony juga mengurangi jumlah pekerja musiman dan temporer.
 Kasus sony ini termasuk dalam teori kepemimpinan model kontingensi karena kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interkasi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang memungkinkan pemimpin itu mengendalikan dan mempengaruhi pengikut-pengikutnya mencapai sasaran mereka serta memberikan arahan dan dukungan yang perlu guna menjamin agar sasaran itu cocok dengan tujuan keseluruhan kelompok atau organisasi tersebut.
Dan seharusnya sony bisa mengambil kebijakan lain selain mengambil keputusan memPHK sampai 1000 bahkan lebih dari 1000 karyawan. saya kurang  setuju dengan sony yang  memPHK karyawan yang sudah bekerja keras. Ada beberapa cara untuk sony melakukan strategi agar tidak terlalu banyak memPHK karyawan antara lain :
1.   1.   Harus tetap berkomitmen untuk menelurkan ponsel-ponsel yang memiliki ciri khas, artinya tidak mirip antara satu seri dan seri lain, dan tidak ingin membuat produk yang desainnya serupa dengan merk lain. Jadi, segmen pasar nya relatif lebih luas. Lagipula,Sony sudah dikenal sebagai pelopoe di pasar dan harus mempertahankan image tersebut.
2.  2.    Ponsel yang dirilis harusnya relevan dan disesuaikan dengan atribut budaya lokal. “Misalnya seperti mengembangkan fitur Bahasa Jawa dan Sunda” Ini bisa meningkatkan daya tarik ponsel di pasar.
3.    3.  Sony harus bisa menciptakan produk yang inoivatif artinya tidak mencampuradukkan fitur-fitur yang sudah ada sebelumnya.
4.   4.    Sony Indonesia juga tetap menggelar promosi berupa roadshow ke kota-kota besar dan talkshow di sejumlah radio untuk mengenalkan atau mempasarkan produk terbarunya.
5.     5.   Direktur perusahaan sony juga harus bisa mengendalikan dan mempengaruhi dalam situasi apapun.

TTeori Kepemimpina Situasional 
11. Model Kontingensi
Teori Model Kontingensi : Model Fiedler; teori kepemimpinan yang mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interkasi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang memungkinkan pemimpin itu mengendalikan dan mempengaruhi Model Alur Sasaran/ Path Goal Theory; model yang menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah membantu pengikut-pengikutnya mencapai sasaran mereka serta memberikan arahan dan dukungan yang perlu guna menjamin agar sasaran itu cocok dengan tujuan keseluruhan kelompok atau organisasi tersebut. Model Partisipasi Pemimpin / Leader Participation; model kepemimpinan yang menghubungkan perilaku pemimpin dan partisiasi dalam pembuatan keputusan.
 
2. Model Vroom & Yetton 

Teori kepemimpinan vroom & Yetton merupakan teori yang memberikan serangkaian aturan untuk menentukan bentuk dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi yang berbeda – beda. Model teori ini melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai keadaan. Teori Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik bawahan, dan faktor lingkungan.
 
3. Model Path Goal

Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971).
Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1. Supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan
menciptakan iklim kerja yang bersahabat),
2. Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur
dan petunjuk yang ada),
3. Participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan)
4. Achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar